Sabtu, 19 Maret 2011

Perubahaan Lingkungan Hidup


BAB I

PENDAHULUAN


A.         Latar Belakang Masalah
Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.
Perubahan lingkungan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup manusia menyebabkan adanya gangguan terhadap keseimbangan karena sebagian dari komponen lingkungan menjadi berkurang fungsinya. Perubahan lingkungan dapat terjadi karena campur tangan manusia dan dapat pula karena faktor alami. Dampak dari perubahannya belum tentu sama, namun akhirnya manusia juga yang mesti memikul serta mengatasinya.
1.      Perubahan Lingkungan karena Campur Tangan Manusia
Perubahan lingkungan karena campur tangan manusia contohnya penebangan hutan, pembangunan pemukiman, dan penerapan intensifikasi pertanian.
Penebangan hutan yang liar mengurangi fungsi hutan sebagai penahan air. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang. Selain itu, penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadi banjir dan erosi. Akibat lain adalah munculnya harimau, babi hutan, dan ular di tengah pemukiman manusia karena semakin sempitnya habitat hewan-hewan tersebut.
Pembangungan pemukiman pada daerah-daerah yang subur merupakan salah satu tuntutan kebutuhan akan pangan. Semakin padat populasi manusia, lahan yang semula produktif menjadi tidak atau kurang produktif.
Pembangunan jalan kampung dan desa dengan cara betonisasi mengakibatkan air sulit meresap ke dalam tanah. Sebagai akibatnya, bila hujan lebat memudahkan terjadinya banjir. Selain itu, tumbuhan di sekitamya menjadi kekurangan air sehingga tumbuhan tidak efektif melakukan fotosintesis. Akibat lebih lanjut, kita merasakan panas akibat tumbuhan tidak secara optimal memanfaatkan CO2, peran tumbuhan sebagai produsen terhambat.
Penerapan intensifikasi pertanian dengan cara panca usaha tani, di satu sisi meningkatkan produksi, sedangkan di sisi lain bersifat merugikan. Misalnya, penggunaan pupuk dan pestisida dapat menyebabkan pencemaran. Contoh lain pemilihan bibit unggul sehingga dalam satu kawasan lahan hanya ditanami satu macam tanaman, disebut pertanian tipe monokultur, dapat mengurangi keanekaragaman sehingga keseimbangan ekosistem sulit untuk diperoleh. Ekosistem dalam keadaan tidak stabil. Dampak yang lain akibat penerapan tipe ini adalah terjadinya ledakan hama.
2.      Perubahan Lingkungan karena Faktor Alam
Perubahan lingkungan secara alami disebabkan oleh bencana alam. Bencana alam seperti kebakaran hutan di musim kemarau menyebabkan kerusakan dan matinya organisme di hutan tersebut. Selain itu, terjadinya letusan gunung menjadikan kawasan di sekitarnya rusak.

B.         Tujuan
Tujuannya adalah menemukan cara yang efisien, efektif dan tepat sasaran dalam langkah memecahkan masalah mengenai perubahan lingkungan hidup yang secara langsung berdampak terhadap kehidupan manusia.

C.         Sasaran
Sasaran penulisan Makalah ini diharapkan dapat menumbuhkan sifat tanggung jawab kita terhadap lingkungan, selain itu juga dapat menemukan upaya yang tepat guna memecahkan masalah perubahan lingkungan hidup ini. Tidak hanya teori belaka tetapi juga diharapkan dapat di implementasikan secara real.


BAB II
PERMASALAHAN
A.         Intesitas dan Kompleksitas Masalah
Definisi lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya. Komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca, suhu) dan faktor biotik (tumbuhan dan hewan, termasuk manusia).
Lingkungan hidup baik faktor biotik maupun abiotik berpengaruh dan dipengaruhi manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung. Daya dukung lingkungannya adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dalam kondisi alami, lingkungan dengan segala keragaman interaksi yang ada mampu untuk menyeimbangkan keadaannya. Namun tidak tertutup kemungkinan, kondisi demikian dapat berubah oleh campur tangan manusia dengan segala aktivitas pemenuhan kebutuhan yang terkadang melampaui batas.
Keseimbangan lingkungan secara alami dapat berlangsung karena beberapa hal, yaitu komponen-komponen yang ada terlibat dalam aksi-reaksi dan berperan sesuai kondisi keseimbangan, pemindahan energi (arus energi), dan siklus biogeokimia dapat berlangsung. Keseimbangan lingkungan dapat terganggu bila terjadi perubahan berupa pengurangan fungsi dari komponen atau hilangnya sebagian komponen yang dapat menyebabkan putusnya mata rantai dalam ekosistem. Salah satu faktor penyebab gangguan adalah polusi di samping faktor-faktor yang lainnya.
Pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatka oleh bunyi atau suara yang mengganggu ketentraman makhluk hidup di sekitarnya. Pencemaran suara biasanya diukur dalam satuan dB atau desibel.
Pencemaran suara yang bersifat terus-menerus dengan tingkat kebisingan di atas 80 dB dapat mengakibatkan efek atau dampak yang merugikan kesehatan manusia. Berikut ini adalah beberapa efek samping negatif dari pencemaran suara:
a.             Stres
b.            Gila
c.             Perubahan denyut nadi
d.            Tekanan darah berubah
e.             Gangguan fungsi jantung
f.             Kontraksi perut
Berikut ini adalah contoh kebisingan yang menimbulkan pencemaran suara :
1.      Orang ngobrol biasa = 40 dB
2.      Orang ribut / silat lidah = 80 dB
3.      Suara kereta api / krl = 95 db
4.      Mesin motor 5 pk = 104 dB
5.      Suara gledek / geledek / petir = 120 dB
6.      Pesawat jet tinggal landas = 150 dB

B.         Latar Belakang Masalah
Kondisi lingkungan global saat ini memburuk sejalan dengan pertumbuhan pembangunan negara-negara di dunia yang kurang berwawasan lingkungan. Hasil pengamatan para ahli menunjukkan bahwa pada satu abad terakhir ini telah terjadi peningkatan suhu global sebagai akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Peningkatan ini menyebabkan terjadinya Efek Rumah Kaca sehingga suhu udara di permukaan bumi meningkat, yang dikenal dengan ”Pemanasan Global” serta terjadinya perubahan pola iklim.
Dalam Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change - UNFCCC), ada enam jenis gas yang digolongkan sebagai GRK, yaitu karbondioksida (CO2), dinitroksida (N2O), metana (CH4), sulfurheksafluorida (SF6), perfluorokarbon (PFCs) dan hidrofluorokarbon (HFCs). GRK terutama dihasilkan dari kegiatan manusia yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil (minyak, gas dan batubara) seperti pada penggunaan kendaraan bermotor dan penggunaan alat-alat elektronik. Selain itu penebangan pohon, penggundulan hutan serta kebakaran hutan juga merupakan sumber emisi GRK.
Singkat kata, meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer akibat aktivitas manusia di berbagai belahan dunia, menyebabkan meningkatnya radiasi yang terperangkap di atmosfer. Akibatnya,suhu rata-rata di seluruh permukaan bumi meningkat. Peristiwa ini disebut Pemanasan Global. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsure-unsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya merubah pola iklim dunia. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Perubahan Iklim.
Perubahan iklim disebabkan oleh ketergantungan kita dalam penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas bumi yang mengakibatkan meningkatnya suhu di permukaan bumi. Hal ini membawa akibat seperti mencairnya tudung es di kutub, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran, coral bleaching dan gelombang badai besar.
Tabel Indeks Potensi Pemanasan Global Beberapa GRK Terhadap CO2 dalam Waktu 100 tahun (GWP 1994).
Jenis gas Indeks potensi
Co2                 1
CH4                21
N2O                310
HFCs               500
SF6                  9200
Sumber:
KLH, Indonesia: The First National Communication, 1999.

Perubahan iklim menyebabkan berbagai persoalan lingkungan seperti perubahan pola curah hujan yang telah mengakibatkan banjir dan longsor ataupun musim kemarau berkepanjangan. Hal ini juga menyebabkan berubahnya pola musim tanam yang merugikan petani karena sulit menentukan pembibitan, perkiraan panen serta serangan hama tak terduga. Dari segi kesehatan, habitat kehidupan yang terganggu menyebabkan meningkatnya penyakit epidemi seperti demam berdarah dan malaria. Jika tidak ada upaya pengurangan emisi, maka bumi akan semakin panas. Kondisi ini menyebabkan es di kutub mencair dan meningkatkan permukaan air laut sehingga pulau-pulau kecil menjadi tenggelam.
Dampak kerusakan lingkungan hidup seperti pemanasan global, saat kini sudah mulai dirasakan di berbagai belahan bumi ini. Seperti terjadinya peningkatan suhu udara, permukaan air laut naik, yang bisa menenggelamkan pulau-pulau kecil, dan daratan di sekitar pantai, terjadinya perubahan iklim, yang kini sudah terjadi di beberapa tempat termasuk di negeri ini. Kesemua itu karena lingkungan tempat manusia dan mahluk hidup lainnya sudah tercemar. Bahkan menurut sumber-sumber yang bisa dipercaya, keganasan topan yang akhir-akhir ini suka melanda salah satu bagian di daratan Amerika, diprediksi oleh para ahli sebagai efek dari pemanasan global. Ancaman lain yang tidak kalah bahayanya bagi kehidupan manusia, adalah terjadinya hujan asam.
Penyumbang terbesar kerusakan lingkungan hidup secara menyeluruh, adalah polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, seperti batubara, bahan bakar minyak, dan gas alam secara besar-besaran. Dari pembakaran itu berakibat terjadinya emisi rumah kaca sebagai penyebab pemanasan global.
Dampak Perubahan Iklim Laporan “Climate Change 2007: Climate Change Impacts, Adaptation and Vulnerability” memuat dampak perubahan iklim yang sudah dan yang mungkin akan terjadi di masa depan. Salah satu kesimpulannya, pemanasan global akan memberi dampak negative yang nyata bagi kehidupan ratusan juta warga di dunia. Salah satunya adalah meningkatnya suhu permukaan bumi sepanjang lima tahun mendatang. Ini akan mengakibatkan gunung es di Amerika Latin mencair. Dampaknya panen gagal, yang hingga tahun 2050 membuat 130 juta penduduk dunia terutama di Asia mengalami kelaparan. Pertanian gandum di Afrika juga bernasib sama. Pemanasan global juga membuat permukaan laut meningkat, lenyapnya beberapa spesies dan bencana nasional yang makin meningkat. 30% garis pantai di dunia lenyap pada 2080. Lapisan es di kutub mencair hingga terjadi aliran air di Kutub Utara dan membuat Terusan Panama terbenam.
Naiknya suhu udara akan memicu topan yang lebih dasyat hingga mempengaruhi wilayah pantai. Banyak tempat yang kering akan makin kering, sebaliknya sejumlah tempat yang basah akan makin basah. Hal ini membuat distribusi air secara alami kian senjang dan berpotensi meningkatkan ketegangan dalam pemanfaatan air untuk kepentingan industri, pertanian dan penduduk. Sekitar 1-3 milyar orang didunia terutama diwilayah miskin, diperkirakan akan menderita kekurangan air kronis pada 2100.
Dari seluruh dampak yang muncul, Asia menjadi bagian dari bumi yang akan menderita paling parah. Setiap kenaikan suhu 2 derajat celcius akan menurunkan produksi pertanian di China dan Bangladesh hingga 30% pada 2050. Kelangkaan air meningkat di India seiring dengan menurunnya lapisan es di pegunungan Himalaya. Sekitar 100 juta warga pesisir di asia pemukimannya tergenang karena peningkatan permukaan laut antara 1-3 mm/tahun.
Untuk Indonesia sendiri, ada sejumlah dampak perubahan iklim seperti :
1.      Ekosistem
¨      Kemungkinan punahnya 20-30 persen spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5-2,5 derajat Celcius.
¨      Bertambahnya CO2 di atmosfer akan meningkatkan tingkat keasaman laut. Hal ini berdampak negative pada organisme-organisme laut seperti terumbu karang dan spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut.
2.      Pangan dan hasil hutan
¨      Diperkirakan produktivitas pertanian didaerah tropis akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara1-2 derajat Celcius, sehingga meningkatkan resiko bencana kelaparan.
¨      Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir akan memberikan dampak negative pada produksi local terutama pada penyediaan pangan di subtropics dan tropis.
3.      Pesisir dan dataran rendah
¨      Daerah pantai akan semakin rentan terhadap erosi pantai dan naiknya permukaan air laut. Kerusakan pesisir akan diperparah oleh tekanan manusia didaerah pesisir.
¨      Diperkirakan tahun 2080, jutaan orang akan terkena banjir setiap tahun karena naiknya permukaan air laut. Resiko terbesar adalah dataran rendah yang padat penduduknya dengan tingkat adaptasi yang rendah. Penduduk yang paling terancam adalah yang berada di delta-delta Asia dan Afrika, namun yang paling rentan adalah penduduk di pulau-pulau kecil.
4.      Sumber dan Manajemen air tawar
¨      Rata-rata aliran air sungai dan ketersediaan air didaerah subpolar dan daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat 10-40 persen.
¨      Sementara didaerah subtropics dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang 10-30 persen, sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya.
5.      Industri, permukiman dan masyarakat
¨      Industri, permukiman dan masyarakat yang paling rentan umumnya berada didaerah pesisir dan bantaran sungai, serta mereka yang ekonominya terkait erat dengan sumber daya yang sensitive terhadap iklim, serta mereka yang tinggal didaerah-daerah yang sering dilanda bencana ekstrem, dimana urbanisasi berlangsung dengan cepat.
¨      Komunitas miskin sangat rentan karena kapasitas beradaptasi yang terbatas,serta kehidupan mereka sangat tergantung kepada sumberdaya yang mudah terpengaruh oleh iklim seperti persediaan air dan makanan.
6.      Kesehatan
¨      Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan.


C.         Penanganan Masalah Berbasis Masyarakat
Kondisi sumber daya alam Indonesia yang banyak mendapat degradasi oleh beragam aktifitas perlu dilakukan upaya pelestarian untuk memastikan sumber daya alam dapat berlanjut pada masa depan dan dapat terus memberikan manfaat secara ekologi maupun ekonomi bagi kehidupan manusia. Untuk memastikan kondisi tersebut diperlukan keterlibatan berbagai elemen yang ada seperti masyarakat, pemerintah dan swasta. HPLI akan bekerjasama dengan berbagai pihak mengadakan serangkaian kegiatan untuk mewujudkan pelestarian sumber daya alam yang bermanfaat dan berkelanjutan.

1.      Mengembangkan Sistem Sosial Yang Responsif
Masyarakat merupakan salah satu elemen penting dalam pengelolaan lingkungan hidup, untuk itu perlu dilakukan peningkatan pemahaman dan kemampuan masyarakat serta membentuk sarana keterlibatan masyarakat dalam permasalahan lingkungan hidup. Masyarakat tidak lagi hanya menjadi pihak yang dirugikan tetapi ikut berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup. Masyarakat diharapkan dapat aktif mencegah atau mengurangi serta mengatasi berbagai permasalahan lingkungan hidup yang terjadi. 

2.      Pemanfaatan Modal Sosial
Dalam pertemuan ASEAN dengan Republik Korea dalam KTT ASEAN ke-15. Dalam pertemuan dengan negara-negara ASEAN tersebut, pemerintah Korea Selatan menyatakan mengalokasikan dana sebesar 100 juta dollar AS untuk mendukung ASEAN menghadapi perubahan iklim. Dana tersebut juga akan digunakan untuk pengelolaan air bersih.

3.      Pemanfaatan Institusi Sosial :
Upaya pengelolaan lingkungan sangat membutuhkan adanya kebijakan yang tepat dan berjalan sinergis dari semua tingkatan pemerintah pusat sampai daerah. HPLI akan terlibat dalam penetapan dan pelaksanaan setiap kebijakan sehingga penerapannya akan berpihak pada kelestarian lingkungan hidup dan kesejahteraan manusia.
Sehubungan dengan isu lingkungan global, Indonesia akan berperan besar sebagai tuan rumah Konferensi Internasional tentang Perubahan Iklim atau Conference of Parties (COP) United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang akan berlangsung di Bali, 3 - 14 Desember 2007. Pertemuan yang akan dihadiri oleh 10.000 peserta dari 189 negara akan menyepakati berbagai upaya pencegahan pemanasan global yang sangat terkait dengan pelestarian hutan, adaptasi kenaikan permukaan air laut, perubahan iklim serta penggalangan dana internasional untuk kegiatan berkelanjutan. Dengan momentum ini, Indonesia akan berperan aktif dalam diplomasi internasional membela kepentingan lingkungan secara nasional dan global.
a.      Organisasi Masyarakat
Organisasi – organisasi masyarakat yang terdiri dari LSM – LSM memiliki peran yang tidak kalah penting dengan pemerintah. Misalnya, Organisasi Pecinta Lingkungan Hidup Indonesia dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) ini merupakan lembaga non pemerintahan yang bertujuan mewujudkan pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan dengan menekankan prinsip-prinsip keadilan, partisipasi rakyat dan demokrasi. Lembaga Masyarakat ini harus benar – benar menjalankan visi – misi mereka untuk melindungi lingkungan hidup demi kelangsungan hidup makhluk hidup yang ada dimuka bumi. Organisasi masyarakat dalam perananya hal yang dapat dilakukan adalah menggerakkan kegiatan – kegiatan sosial seperti menanam seribu pohon, kerja bakti dsb. Kegiatan – kegiatan sosial ini dapat mendatangkan manfaat yang sangat positif.
b.      Organisasi swasta
Organisasi Swasta ini mencakup perusahaan – perusahaan swasta yang tersebar di seluruh Indonesia. Perusahaan – Perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial terhadap lingkungkungan sekelilingnya baik masyarakat setempat maupun lingkungan hidup disekitar perusahaan. Terutama pabrik – pabrik yang menghasilkan limbah yang mengandung zat – zat kimia yang berbahaya. Langkah yang harus mereka lakukan adalah merekrut masyarakat sekitar untuk ikut serta dalam pabrik guna meningkatkan pendapatan mereka selai itu juga hal yang tak kalah pentingnya adalah mencari solusi yang tepat dalam menangani masalah limbah yang dihasilkan. Jangan seenaknya membuang limbah pabrik sembarangan tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkannya. Jadi jangan hanya mencari keuntungan yang sebesar – besarnya tetapi mengabaikan limbah pabrik yang sangat berbahaya. Banyak pabrik – pabrik komersial yang dalam pengelolaan limbah belum memenuhi standar / syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Pembangunan yang banyak melibatkan pihak swasta dari kelompok bisnis dan perusahaan menuntut HPLI untuk mendampingi pihak swasta dalam penerapan komitmen terhadap kelestarian lingkungan hidup. HPLI juga akan mengembangkan peranan pihak swasta dalam komitmennya terhadap pengelolaan lingkungan sosial.
c.       Optimalisasi Kontribusi Dalam Pelayanan Sosial
Masalah permukiman kumuh tidak jauh dari masalah kesehatan. Sehingga kontribusi pelayanan sosial yang optimal sangat dibutuhkan. Pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan karena dengan kondisi lingkungan hidup yang tidak sehat membuat mereka rentan terinfeksi virus – virus yang berbahaya. Selain kesehatan pelayanan sosial dalam bidang pendidikan juga sangat diperbutuhkan bagi mereka yang hidup dengan kondisi yang memprihatinkan. Mereka tidak lagi memperhatikan pendidikan anak – anak mereka, anak – anak mereka sudah dipekerjakan seperti menjadi pengemis, pemulung, penjual koran dsb. Banyak anak – anak yang menjadi korban kekerasan baik dilingkungan keluarga maupun di lingkungan dimana mereka bekerja.

d.      Kerjasama dan Jaringan
Kerjasama baik di dalam negeri maupun Luar negeri sangat dibutuhkan. Kerjasama di dalam negeri dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan LSM – LSM yang bergerak dibidan lingkungan hidup dan tersebar diseluruh pelosok tanah air selain itu dengan Departemen maupun non Departemen baik dalam lingkup lokal maupun nasional. Seperti Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH), Bappenas, BPTT, Pemda daerah dsb. Kerjasama internasional dapat dilakukan dengan cara menjalin hubungan multilateral antar negara – negara mapun antar LSM – LSM dari suatu negara dengan negara lain.

D.   Upaya Penanganan Masalah
Informasi yang akurat dan selalu diperbaharui sangat diperlukan dalam pengelolaan lingkungan hidup oleh pihak pemegang kebijakan, penanggunjawab kegiatan maupun pihak-pihak terkait lainnya. Selain itu adanya media komunikasi antar elemen diharapkan dapat menjadi jembatan penghubung sehingga pengelolaan lingkungan dapat terintegrasi dengan baik. HPLI akan mengembangkan sistem komunikasi dan informasi lingkungan hidup melalui beberapa media yang salah satu bentuknya adalah media website.
Kemajuan teknologi saat ini diharapkan dapat mencegah atau mengurangi permasalahan lingkungan hidup. HPLI akan berupaya meningkatkan penerapan teknologi tepat guna yang menunjang sistem pengelolaan lingkungan hidup.  Penerapan teknologi diharapkan dapat digunakan dan memberikan manfaat kepada semua pihak.
 Permasalahan lingkungan perlu dianalisis secara ilmiah untuk mengetahui dampak yang akan terjadi pada lingkungan hidup. Diperlukan sistem pemantauan terhadap setiap sektor yang mungkin dapat menyebabkan permasalahan lingkungan hidup. Selain itu, perlu juga direncanakan sistem pengendalian berbasis data dan melakukan kajian ilmiah dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan hidup.
HPLI akan melakukan kegiatan advokasi dalam permasalahan lingkungan hidup untuk mendapatkan penyelesaian yang tidak merugikan semua pihak. Setiap permasalahan akan diselesaikan secara hukum maupun pengembangan upaya alternatif lainnya.
Selain mendesak Pemerintah untuk menggunakan energi terbarukan seperti matahari, air dan angin yang lebih ramah lingkungan, untuk mengatasi ancaman perubahan iklim tersebut kita juga perlu melakukan penghematan energi listrik, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan memaksimalkan penggunaan kendaraan umum, menghentikan penebangan dan pembakaran hutan, serta melakukan penanaman pohon di lingkungan sekitar
Menghentikan penggundulan hutan dan melaksanakan pembangunan yang rendah karbon, serta melaksanakan kesepakatan dalam Konferensi Kopenhagen yang akan dilaksanakan di akhir tahun 2009 ini.
Meski tingkat emisi GRK terus meningkat, ada banyak peluang untuk menguranginya. Salah satu cara melalui perubahan gaya hidup dan pola konsumsi. IPCC memberikan rekomendasi kebijakan dan instrument yang dinilai efektif menurunkan emisi GRK, seperti :
Sektor Energi
»        Mengurangi subsidi bahan bakar fosil.
»        Pajak karbon untuk bahan bakar fosil.
»        Kewajiban menggunakan energi terbarukan.
»        Penetapan harga listrik bagi energi terbarukan.
»        Subsidi bagi produsen
Sektor Transportasi
»        Kewajiban ekonomi bahan bakar, penggunaan biofuel dan standar CO2 untuk alat transportasi jalan raya.
»        Pajak unstuck plebeian endbrain, STNK, bahan bakar serta tarif penggunaan jalan dan parker.
»        Merancang kebutuhan transportasi melalui regulasi penggunaan lahan serta perencanaan infrastruktur.
»        Melakukan investasi pada fasilitas angkutan umumdan transportasi tak bermotor.
Sektor Gedung
»        Menerapkan standard dan pemberian label pada berbagai peralatan.
»        Sertifikasi dan regulasi gedung
»        Program-program demand side management.
»        Percontohan oleh kalangan pemerintah termasuk pengadaan.
»        Insentif untuk energy services company.
Sektor Industri
»        Pembuatan standard
»        Subsidi, pajak untuk kredit.
»        Izin yang dapat diperjualbelikan
»        Perjanjian sukarela.
Sektor pertanian
»        Insentif financial serta regulasi-regulasi untuk memperbaiki manajemen lahan, mempertahankan kandungan karbon didalam tanah, penggunaan pupuk dan irigasi yang efisien.
Sektor kehutanan
»        Insentif financial (nasional dan internasional) untuk memperluas area hutan, mengurangi deforestasi, mempertahankan hutan, serta manajemen hutan.
»        Regulasi pemanfaatan lahan serta penegakan regulasi tersebut.
Sektor manajemen limbah
»        Insentif financial untuk manajemen sampah dan limbah cair yang lebih baik.
»        Insentif atau kewajiban meggunakan energi terbarukan.
»        Regulasi manajemen limbah.
Selain itu kita sebagai masyarakat dapat melakukan upaya pengurangan emisi dan menjaga kelestarian alam kita, seperti :
»        Gunakan penerangan secara efisien dan efektif. Penggunaan lampu hemat energi dan jadwal penerangan rumah yang tepat
»        Gunakan peralatan elektronik, seperti komputer,TV, radio dan AC, seperlunya saja.
»        Kurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi.
»        Maksimalkan penggunaan kendaraan umum dan jika terpaksa menggunakan kendaraan pribadi, upayakan untuk berbagi dengan mereka yang memiliki tujuan sama.
»        Berjalan kaki maupun memanfaatkan angkutan tak bermotor untuk jarak dekat.
»        Jika harus memiliki kendaraan pribadi, pilih yang penggunaan bahan bakarnya lebih hemat dengan jenis bahan bakar yang lebih bersih.
»        Kejelian dalam memilih produk merupakan bantuan besar dalam mengendalikan emisi GRK. Secara keseluruhan, produk lokal akan memberikan emisi GRK yang lebih kecil
»        Dibandingkan produk impor. Sebab produk impor akan mengemisikan GRK dalam proses transportasinya dari negara asal ke negara tujuan.
»        Jangan lupa, tanamlah pohon di sekitar lingkungan anda tinggal. Selain berguna untuk menyegarkan udara di sekitarnya, pepohonan juga berfungsi untuk menyerap emisi GRK. Menanam pohon merupakan salah satu cara baik untuk mereduksi gas rumah kaca. Pohon mengabsorbsi CO2 dari udara.
»        Daur Ulang, Mendaur ulang kaleng, botol, kantong plastic, dan Koran. Ketika kamu melakukan daur ulang, kamu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah dan kamu membantu penyelamatan sumber daya alam, seperti pohon, minyak bumi, dan bahan mineral seperti aluminium.
»        Ketika belanja, belilah barang yang ramah lingkungan serta dapat di daur ulang. Salah satu cara untuk mengurangi pelepasan GRK ke atmosfir adalah membeli produk yang hemat energi, seperti mobil, barang elektronik dan lampu. Umumnya untuk membuat produk daur ulang lebih sedikit energi yg digunakan.
»        Pemanfaatan Energi dari Sinar Matahari. Energi dari Sinar Matahari dapat digunakan untuk pemanasan rumah, bangunan, air, dan untuk menghasilkan listrik.
»        Beberapa benda, seperti komputer, TV, Stereo, dan VCR mencantumkan label bertuliskan \”Energy\” dengan gambar sebuah bintang. Produk dengan label ENERGY STAR® dibuat untuk menghemat energi. Membeli produk ini akan membantu pelestarian lingkungan.
 



BAB III
KESIMPULAN
Tidak bisa disanggah lagi kalau di era kini, segala aktivitas yang dilakukan masyarakat modern sangat ketergantungan kepada ketersediaan energi. Hampir di semua sector kegiatan, energi menjadi kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu, kemajuan suatu negara akan sangat terkait dengan kecukupan ketersediaan energi di negara tersebut. Sebut saja negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, dan negara-negara Eropa lainnya, bahkan Korea . Ketersediaan energi di negara-negara tersebut sangat memadai untuk melakukan kegiatan di berbagai bidang yang bisa diandalkan untuk pembangunan bangsa dan negaranya. Namun dalam pengadaan energi tentu saja harus memperhatikan factor kelestarian lingkungan hidup. Karena lingkungan tempat mahluk hidup ini bernaung tidak kalah pentingnya dari kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Merusak lingkungan hidup, sama saja dengan mencelakakan diri sendiri. Lingkungan hidup suatu negara akan sangat berkaitan dengan negara lain, karena kita tinggal di bumi yang sama. Sebab itu pula setiap negara sangat berkewajiban untuk sungguh-sungguh memperhatikan dan mencegah hal-hal yang bisa menjadi penyebab kerusakan lingkungan hidup.
Perubahan iklim jelas menyengsarakan kehidupan umat manusia. Kerugian materi dan juga korban nyawa adalah akibat yang harus kita terima. Oleh karena itu, sudah saatnya kita, pemerintah, industri dan masyarakat, bahu-membahu berupaya untuk menghambat terjadinya perubahan iklim.
Oleh sebab itu, perlu dukungan semua pihak untuk mengantisipasi dampak dari perubahan iklim yaitu dengan upaya ”adaptasi” dan ”mitigasi”. Kegiatan beradaptasi antara lain menanam pohon untuk menghindari longsor dan menyerap polusi udara, pembuatan sumur resapan serta menghindari daerah pemukiman di lereng bukit. Kegiatan mitigasi atau pengurangan efek gas rumah kaca dapat dilakukan dengan hemat energi, tidak konsumtif, mengurangi dan mengelola sampah, serta efisiensi penggunaan transportasi.
Masalah lingkungan hidup memang bukan persoalan salah satu negara saja, tetapi sudah menjadi tanggung jawab seluruh bangsa dan negara. Oleh karena itulah berbagai upaya dilakukan orang untuk mencegah tambah rusaknya lingkungan hidup. Seperti dengan diselenggarakannya KTT Bumi, Protocol Kiyoto, dlsb. Bahkan beberapa negara yang masih memanfaatkan bahan bakar fosil, berusaha mengurangi efek rumah kaca dengan menggunakan bahan bakar gas alam yang secara ekonomis sangat kompetitif bila dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi atau batubara. Hanya sebenarnya gas alam juga tetap menimbulkan CO2, tetapi lebih sedikit bila dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi dan batubara. Di samping itu pun gas alam juga menimbulkan methan selama proses penyediaannya, yang kesemua itu dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Meski akhir-akhir ini muncul teori lain tentang efek rumah kaca, seperti menurut periset Amerika mengatakan bahwa variable aktivitas Mataharilah yang bepengaruh pada naik turunya suhub global. Namun mengurangi pembakaran bahan bakar fosil bagi pemenuhan kebutuhan energi tentu mempunyai manfaat yang besar, paling tidak sebagai langkah penghematan cadangan sumber daya alam yang ada untuk dipergunakan oleh anak cucu kita nanti.
Pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara secara besar-besaran, dilakukan orang untuk keperluan pembangkit tenaga listrik, industrialisasi, dan transportasi. Khusus untuk bahan bakar pembangkit tenaga listrik, sebenarnya penggunaan bahan bakar fosil sudah bisa ditekan sekecil mungkin, karena ada teknologi modern yang menggunakan bahan bakar lain non fosil yang lebih irit produktif, aman dan tidak menimbulkan polusi. Disamping itu pun bahan bakar fosil seperti bahan bakar minyak harganya cenderung terus meningkat, persediaannya juga sangat terbatas. Orang tidak mungkin harus ketergantungan terus menerus kepada bahan bakar minyak, karena suatu saat cadangannya akan habis. Oleh karena itu bagi Indonesia kini saatnya kita memanfaatkan bahan bakar non fosil untuk berbagai keperluan seperti untuk pembangkit listrik. Dengan demikian selain turut melakukan upaya pelestarian lingkungan hidup secara global, juga sebagai langkah penghematan cadangan sumber daya alam yang sudah semakin menipis di negeri ini.





Tidak ada komentar: