Oleh : Duryatin Amal
Rima dan Ramli tinggal bertiga
dengan ibu mereka. Rima kini baru masuk SMA. Dan Ramli naik ke kelas VII SMP.
Ibu mereka bekerja sebagai pencuci pakaian di beberapa rumah besar. Walaupun
demikian, Rima dan Ramli tetap bercita-cita tinggi. Mereka selalu rajin belajar
dan tidak putus asa.
Tahun ini, Rima sangat bangga,
karena ia diterima di salah satu SMA favorit. Rima harus menjalani MOS (Masa
Orientasi Siswa) selama tiga hari pertama. Pada masa itu, ia bisa berkenalan dengan
siswa lainnya juga dengan kakak kelas dan dengan program sekolahnya.
Pada hari kedua MOS, Kak Mimi,
salah satu kakak OSIS memberi pengumuman, “Adik-adik kelas sepuluh, besok ada
acara tukaran makanan. Jadi kalian semua harus bawa makanan sendiri-sendiri.
Nantinya akan saling ditukarkan!”
“Kak, makanannya misalnya apa?” tanya salah seorang
anak
“Oh, ya! Harus nasi lengkap dengan lauk dan sayuran.
Harganya minimal Rp. 2.000,00.”
Setelah Kak Mimi pergi, Rima jadi
bingung sendiri. Dia akan membawa nasi dan lauk apa? Di rumahnya tak ada lauk
yang enak dan istimewa. Paling hanya tempe dan tahu. Di rumah biasanya Rima
menambahkan kecap di nasi putihnya. Itu sudah terasa nikmat sekali baginya.
Tapi kalau Rima membawa menu seperti itu ke sekolah, ia takut diejek
kawan-kawannya.
Setiba di rumah, Rima menceritakan
tugasnya itu kepada ibu.
“Rim, sekarang ibu mau kerja dulu, kamu saja yang
memikirkan menu apa yang akan kamu bawa. Kalau bisa yang murah-murah saja. Agar
ibu sanggup membelinya,” kata ibu.
Namun, sampai ibunya pulang kerja,
Rima belum juga menemukan jalan keluarnya. Untungnya pada saat sedang belajar
malam, ia menemukan ide. Rima bergegas menemui ibunya.
“Bu, bagaimana kalau besok Rima bawa nasi goreng
saja? Murah dan mudah kan, Bu?” ujar Rima
“Benar juga. Kalau begitu, besok pagi-pagi akan ibu
buatkan nasi goreng,” kata ibu sambil menguap.
Rima iba melihat ibunya. Ibu Rima
sebenarnya belum terlalu tua. Namun karena ia bekerja sangat keras, wajahnya
tampak lebih tua dari usia sebenarnya.
Paginya, Rima membantu ibunya
memasak nasi goreng. Nasi goreng itu lalu dibungkus dengan daun pisang yang
diambil dari kebunnya.
“Terima kasih, ya, Bu. Rima berangkat dulu, ya!”
pamit Rima pada ibunya.
Dengan gembira ia mengayuh sepeda
tuanya menuju sekolah. Beberapa saat kemudian, Rima sudah berada di dalam
kelas. Setelah beberapa saat berlalu, akhirnya tibalah acara yang dinanti-nanti
Rima. Acara pertukaran makanan.
“Adik-adik kelas sepuluh, sudah bawa makanan semua,
kan?” tanya kakak OSIS.
“Sudah Kak!” jawab murid-murid kelas sepuluh
serentak.
Makanan yang dibawa murid-murid
lalu dikumpulkan di meja guru. Rima mulai tegang. Bagaimana jika makanannya
jatuh pada temannya yang kaya? Apa dia mau memakan nasi gorengnya yang
sederhana? Rima takut kalau-kalau teman-temannya mencemooh masalah itu.
Akhirnya saat pembagian makanan
pun tiba. Rima mendapatkan makanan dari Rio. Sedangkan nasi goreng bungkusannya diterima Miranda. Rima
tidak langsung membuka kotak bekal dari Rio. Ia melirik ke arah Miranda yang
membuka bungkusan nasi gorengnya itu.
“Wow, enak sekali! Punya siapa ini?” tanya Miranda.
“Itu punyaku,” jawab Rima.
“Oh, kamu Rima, ya?”
“Iya,” jawab Rina singkat.
“Rim, siapa yang memasak nasi goreng ini?” tanya
Miranda.
“Ibuku,” sahut Rima sedikit lega.
“Kebetulan, lusa ulang tahunku. Aku sedang cari
makanan katering. Apa ibumu mau menerima pesanan nasi goreng seperti ini?”
tanya Miranda.
“Bisa! Tentu saja bisa! Nanti akan aku bicarakan
dengan ibuku,” sahut Rima senang. Rosa dan Maya mendekati Miranda dan Rima.
“Oh, ini ya, nasi gorengnya! Boleh kucoba?” kata Rosa
sambil menyendok sedikit nasi goreng. “Wah, enak sekali! Ibuku kan bekerja di
kantor. Kebetulan ibu sedang bingung mencari katering untuk makan siang di
kantornya! Ibuku pasti senang kalau bisa memesan nasi goreng seperti ini,” kata
Rosa.
“oh tentu saja bisa!” jawab Rima
Kabar ini cepat menyebar. Sampai
pada saat istirahat kedua, saat Rima sedang jalan di kantin, ibu penjual di
kantin bertanya.
“Kamu Rima, ya?” tanyanya.
“Iya, ada apa, Bu?” tanya Rima heran.
“Begini, ibu mau pesan nasi goreng buatan ibumu yang
katanya enak itu. Mau ibu jual di kantin ini. Kalau bisa, lusa ibu pesan lima
puluh bungkus dulu. Kalau laris, nanti ibu akan pesan lebih banyak lagi!”
“Oh, ya? Baiklah, nanti saya tanyakan ke ibu!” jawab
Rima senang.
“Oh, ya nanti modalnya ini ada sedikit uang,” ibu
kantin menyodorkan sejumlah uang. Sampai di rumah, Rima berlari-lari mendekati
ibunya yang sedang memasak. Ia bercerita tentang pesenan nasi goreng yang
diterimanya tadi.
“Oh, Ibu senang sekali!” Ibu memeluk Rima. Mereka
sangat bersyukur untuk berkat Tuhan hari itu.
1 komentar:
Kesabaran menjalani hidup adalah kunci dari kesuksesan.
Posting Komentar